Kemajuan teknologi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengakibatkan perubahan dan pertumbuhan kehidupan ke arah yang lebih kompleks. Perubahan dan pertumbuhan tersebut menimbulkan kebutuhan, tuntutan dan inovasi baru yang tidak dapat diramalkan sebelumnya, sehingga perlu adanya penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di bidang pendidikan. Salah satu inovasi yang berpengaruh terhadap peningkatan pembelajaran terutama pada aspek kognitif peserta didik adalah multimedia.

Pembelajaran multimedia adalah pembelajaran teori kognitif yang telah dipopulerkan oleh Richard E. Mayer dan lainnya.Teori belajar kognitif adalah teori pemrosesan informasi. Teori kognitif memberikan kerangka umum bagi desainer pembelajaran dalam mengontrol kondisi belajar pada suatu lingkungan atau material pembelajaran. Secara khusus, teori ini memberikan basis acuan empiris yang membantu desainer pembelajaran untuk mengurangi beban kognitif selama belajar. Dalam pembelajaran multimedia, teori belajar kognitif merupakan landasan dari pengembangan multimedia.

Penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa dan menciptakan proses pembelajaran yang lebih bermakna. Pembelajaran yang bermakna didefinisikan sebagai pemahaman yang mendalam mengenai suatu materi, proses pengaturan mental yang dikaitkan secara masuk akal dengan struktur kognitif dan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada. Pembelajaran bermakna menggambarkan kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan yang sudah diketahui pada situasi dan kondisi yang nyata, baru dan berbeda (Mayer dan Moreno, 2003).

Pembelajaran menggunakan multimedia merupakan pembelajaran menggunakan media langsung yang sudah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dilihat tanpa harus ke tempat kejadian. Contohnya pembelajaran geografi tentang proses terjadinya gunung meletus, jika kita pelajari dengan melihat langsung ke tempat kejadian akan membutuhkan tenaga dan proses yang panjang serta membahayakan. Dengan adanya pembelajaran menggunakan multimedia, proses terjadinya gunung meletus dapat dilihat hanya dari dalam kelas dengan keadaan sesungguhnya tetapi sudah dirancang dengan baik sehingga tidak membutuhkan proses yang lama dan tidak membahayakan bagi peserta didik. Informasi materi pembelajaran juga lebih mudah ditangkap oleh kognisi siswa hanya lewat multimedia.

Kondisi adanya interaksi antara multimedia dan proses kognitif selama proses pembelajaran berlangsung dikenal dengan model teori kognitif multimedia pembelajaran yang dikembangkan oleh Mayer, model tersebut ditampilkan pada gambar berikut :

Seperti yang terlihat pada gambar, Mayer (2004) mengemukakan teori pembelajaran dengan berdasarkan tiga asumsi, yakni : 
  1. Asumsi dua saluran, yang menyatakan bahwa manusia menggunakan aluran pemrosesan informasi terpisah yakni untuk informasi yang disajikan secara visual dan informasi yang disajikan secara auditif. Pemrosesan informasi terjadi dalam tiga tahap. Pertama, informasi memasuki sistem pemrosesan informasi baik melalui saluran visual maupun melalui saluran auditif. Kedua, informasi-informasi ini kemudian diproses secara terpisah tetapi bersamaan di dalam memori kerja (working memory), di mana isyarat tutur (speech) yang bersifat auditif maupun gambar (termasuk di dalamnya video) dipilih dan ditata. Kemudian, tahap ketiga, informasi dari kedua saluran tersebut disatukan dan dikaitkan dengan informasi lain yang telah tersimpan di dalam memori jangka panjang. Tahap ketiga inilah yang bertanggungjawab mengenai bagaimana informasi yang sama bisa diinterpretasi secara berbeda oleh masing-masing pembelajar. Penyebabnya adalah pengalaman belajar yang dimiliki oleh masing-masing pembelajar tidaklah sama.
  2. Asumsi keterbatasan kapasitas, yang menyatakan adanya keterbatasan kemampuan manusia memproses informasi dalam setiap kanal pada satu waktu. Dalam satu sesi presentasi, audiens hanya bisa menyimpan beberapa informasi visual (gambar, video, diagram, dan sebagainya) dan beberapa informasi tutur (auditif). Asumsi inilah yang mendasari riset dan teori yang disebut teori beban kognitif (cognitive load theory). Meskipun  beban maksimal tiap individu bervariasi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata manusia hanya mampu menyimpan 5-7 ‘potongan’ informasi saja pada satu saat.
  3. Asumsi pemprosesan aktif, yang menyatakan bahwa manusia secara aktif melakukan pemprosesan kognitif untuk mengkonstruksi gambaran mental dari pengalaman-pengalamannya. Manusia tidak seperti taperecorder yang secara  pasif merekam informasi melainkan secara terus-menerus memilih, menata, dan mengintegrasikan informasi dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hasilnya adalah terciptanya model mental dari informasi yang tersajikan. Ada tiga proses utama untuk pembelajaran secara aktif ini, yakni: pemilihan bahan atau materi yang relevan, penataan materi-materi terpilih, dan pengintegrasian materi-materi tersebut ke dalam struktur pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Proses ini terjadi di dalam memori kerja yang terbatas kapasitasnya.
Pada teori kognitif pembelajaran multimedia (The Cognitive Theory of Multimedia Learning) terdapat beberapa prinsip yang bisa dijadikan pedoman oleh para perancang multimedia dan e-learning saat membuat pembelajaran atau presentasi yang informasinya terdiri dari teks, grafik (gambar), video dan audio untuk mengoptimalisasikan pembelajaran. Tiap-tiap prinsip telah dilakukan penelitian (research) dengan menggunakan berbagai macam kondisi pembelejaran multimedia untuk menentukan hasil mana yang terbaik untuk pembelajaran para siswa. (Clark & Mayer, 2011).Mayer (2003) mengemukakan bahwa ada beberapa prinsip multimedia, yaitu :
  1. Multimedia principle, merupakan teori yang dipelajari secara mendalam oleh Richard Mayer. Mayer mengatakan bahwasanya prinsip ini menyatakan, gabungan kata-kata (words) dan gambar lebih kondusif digunakan untuk pembelajaran, jika dibandingkan dengan yang terdiri atas teks ataupun gambar saja. Hasil studi menunjukkan bahwa peserta didik tidak terlibat lebih mendalam dalam pembelajaran ketika pembelajaran tersebut hanya terdiri atas teks saja, hal itu tidak akan menghubungkan antara apa yang mereka baca pada teks dengan pengetahuan baru ataupun yang sudah ada sebelumnya. Hasil studi juga menunjukkan bahwasanya terdapat dua saluran (channel) yang digunakan untuk melakukan pemrosesan terhadap informasi, yaitu auditori dan visual. Saluran auditori melakukan pemrosesan terhadap suara yang kita dengar, dan saluran visual melakukan pemrosesan terhadap apapun yang kita lihat. Dengan mengkombinasikan kedua proses ini, hasil studi menunjukkan bahwasanya para peserta didik bisa melakukan pembelajaran dengan lebih mendalam dan hasilnya tersimpan dalam memori para peserta didik dengan waktu yang lebih lama. Hasil studi tersebut juga menunjukkan, visual ataupun teks yang sangat banyak bisa membebani peserta didik. Jadi antar visual dan teks harus diseimbangkan dan saling berhubungan antara satu dengan yang lain, sehingga tidak membingungkan proses pembelajaran para peserta didik.
  2. Contiguity principle, secara sederhana prinsip ini diartikan sebagai mendekatkan (align) teks dengan grafik yang sesuai. Hal ini berarti, subjek utama secara fisik tidak boleh terpisah dari teksnya. Prinsip contiguity ini secara tidak langsung menyatakan, bahwa tidak hanya teks yang perlu disesuaikan, tetapi juga audio harus disesuaikan dengan grafik yang terkait. Satu contoh adalah ketika pada sebuah grafik terdapat diagram, maka teks secara fisik harus diletakkan di dekat bagian-bagian dari diagram.
    Gambar di atas telah menggunakan prinsip contiguity, karena label-label yang menyatakan bagian-bagian dari otak secara fisik diletakkan dekat dengan bagian otak yang dijelaskan oleh label-label tersebut.
  3. Modality principle, prinsip ini adalah lebih banyak menampilkan narasi (perkataan) lebih baik daripada teks yang ditampilkan pada layar (on-screen text). Peserta didik akan melakukan pembelajaran dengan lebih baik ketika informasi baru yang ada dijelaskan menggunakan narasi audio, terlebih jika grafik yang ditampilkan sangat kompleks, kata-kata yang dinarasikan terdengar familiar, dan pembelajaran berjalan dengan cepat. Sangat penting untuk dicatat bahwa prinsip modality akan semakin terasa manfaatnya ketika materi pembelajaran begitu kompleks bagi peserta didik. 
  4. Redudancy principle, pada skenario pembelajaran multimedia, kita banyak melihat adanya teks dan audio yang dijalankan secara simultan. Prinsip redudansi menyatakan bahwasanya para peserta didik bisa melakukan pembelajaran dengan lebih baik jika hanya ada animasi dan narasi. Informasi teks yang ditampilkan secara visual menjadi materi yang redundan. Mengeliminasi materi-materi yang bersifat redundan, menghilangkan narasi dan teks yang bersifat identik merupakan cara yang tepat agar peserta didik bisa melakukan pembelajaran dengan baik. Alasannya adalah orang-orang tidak bisa fokus jika mendengar dan melihat pesan verbal secara bersamaan selama presentasi pembelajaran.
  5. Coherence principle, salah satu kesalahan yang umum dilakukan ketika pengembang e-learning merancang proyek atau coursea dalah menggunakan latar belakang musik, konten dan grafik on-screen yang tidak relevan, yang tidak ada kaitannya sama sekali. Menurut Clark dan Mayer (2011) dalam buku: “E-learning and the Science of Instruction”, prinsip coherence dinyatakan sebagai: semua informasi yang tidak dibutuhkan dalam penyampaian multimedia harus dieliminir seperti suara, gambar, kata-kata karena bisa mengganggu peserta didik. Menambahkan materi yang menarik namun tidak relevan dengan e-learning bisa membingungkan para pengguna.
  6. Personalization principle, prinsip ini menggunakan gaya yang bersifat konversasional (percakapan) dan virtual coaches. Prinsip ini melibatkan peserta didik dengan cara menyajikan konten dengan nada percakapan dalam rangka untuk meningkatkan pembelajaran. Clark dan Mayer (2003) juga menemukan bahwasanya penggunakan agen pedagogikal bisa membantu peserta didik untuk fokus pada pembelajaran yang diberikan. Kita harus menggunakan percakapan bukan tulisan formal dalam pembelajaran sehingga peserta didik bisa berinteraksi dengan komputer seperti halnya interaksi antara manusia dengan manusia (human-to-human conversations). Karakter tersebut bisa bertindak sebagai partner untuk berdialog dengan mereka.
  7. Segmenting principle, segmentasi merupakan prinsip yang sangat sederhana, dimana kita hanya membagi segmen yang lebih luas menjadi segmen-segmen yang lebih kecil. Cara yang umum digunakan pada materi yang disegmentasi ini adalah dengan cara memainkan tombol “Continue” pada masing-masing frame pada setiap slide. Hal ini bisa bermanfaat untuk, pertama: bisa membantu peserta didik untuk berpindah dari satu slide ke slide lainnya sesuai dengan seleranya masing-masing dan kedua mereka bisa mencerna informasi yang ada sesuai dengan kecepatan (berpindah dari satu slide ke slide lainnya) untuk bekerja dengan lebih baik. Menurut Clark dan Mayer (2011), rasional dari menggunakan segmentasi adalah bisa memberikan manfaat kepada peserta didik untuk mencerna informasi tanpa harus meng-overload sistem kognitif.
  8. Pre-training principle, secara umum prinsip pre-training bermakna pengguna mengetahui nama dan karakteristik dari konsep kunci (key concept) sebelum mereka mempelajari sesuatu. Prinsip ini relevan dengan situasi ketika pengguna mencoba memproses materi esensial dalam pembelajaran namun mereka kewalahan, karena mungkin materi yang begitu kompleks. Pre-training bisa membantu pengguna, khususnya bagi para pemula, dalam hal mengurangi waktu untuk mempelajari beberapa pengetahuan dan membantu mereka untuk mengelola beberapa materi yang bersifat kompleks. Key concept diidentifikasi, kemudian dijelaskan di bagian awal pembelajaran. Pre-training bisa mempermudah pemula untuk memahami konsep dan keahlian tertentu. Contohnya adalah ketika mengilustrasikan bagaimana menggunakan mikroskop di bawah ini, maka bagian pre-training-nya adalah memberikan penjelasan bagian-bagian mikroskop agar mereka bisa memahami bagaimana menggunakannya.
Secara umum, teori kognitif mencoba untuk mengatasi masalah bagaimana menyusun praktik pembelajaran multimedia dan menggunakan strategi kognitif yang lebih efektif untuk membantu orang belajar secara efisien.Cara menyusun praktik pembelajaran multimedia dan menggunakan strategi kognitif yang lebih efektif untuk membantu orang belajar secara efisien adalah dengan memperhatikan prinsip-prinsip multimedia saat merancang multimedia pembelajaran. Apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para widyaiswara/ fasilitator dan peserta. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar peserta dapat ditingkatkan dan proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, serta sikap belajar peserta dapat ditingkatkan. 

Tidak dapat disangkal bahwa terpaan teknologi berupa perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware) sudah semakin menyatu dengan kehidupan manusia modern. Namun beberapa persoalan dapat muncul sebagai akibat dari diterapkannya teknologi ini dalam latar pendidikan. Apakah saja diantara persoalan tersebut???

Daftar rujukan :
http://landasanteknologipendidikan.blogspot.com/2018/10/teori-kognitif-multimedia-pembelajaran.html
https://faisalfatih.wordpress.com/2014/12/14/teori-kognitif-pembelajaran-multimedia-cognitive-theory-of-multimedia-learning/
http://prabowoandi.blogspot.com/2012/10/teori-kognitif-dual-channels-ect-dan.html
http://zaim.blogs.uny.ac.id/2017/09/24/multimedia-pembelajaran-sebagai-sarana-peningkatan-aspek-kognitif-peserta-didik/




9 Komentar

  1. Assalamualaikum, Wr.wb
    Sangat senang membaca artikel anda pagi ini.
    seolah saya sedang mengingatkan diri saya akan penting nya belajar dengan cara apapun dan hal itu lah yang membuat saya sangat bersukur bisa mwembaca artikel ini.selanjut tentang teori kognitif dalam mengatasi masalah bagaimana menyusun praktik pembelajaran multimedia dan menggunakan strategi kognitif yang lebih efektif untuk membantu orang belajar secara efisien. Saya rasa menjadi tanggung jawab para technolog pendidikan menyiapkannya. karena perkembangan pendidikan abad 21 menuntut itu. multimedia yang diharapkan sebagai solusi dalam mengatasi pembelajaran benar-benar tepat guna dan berdaya guna. sehingga apa yang menjadi ide dari para technolog pendidikan benar nyata baik dalam bentuk software ataupun hardware. untuk menembus keterbatasan berpikir para siswa sebagai objek pembelajara. saya rasa itu point penting dari saya. terimakasih . salam bahagia dengan segala tajuk bijaknya hidup.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh...
      Saya sependapat dengan Saudara yang menyatakan bahwa teknolog pendidikan adalah salah satu sumber daya yang dapat berperan dalam peningkatan kualitas pembelajaran melalui perangkat multimedia yang didesain dan dikembangkan dengan sedemikian rupa. Akan tetapi peran Pemerintah, Guru, Orang Tua serta Stakeholder/Mitra lainnya juga sangat penting guna mengendalikan implikasi dari penerapan multimedia yang diciptakan.
      Terima kasih atas tanggapan yang diberikan, semoga keberkahan bersama kita semua. Aamiin.

      Hapus
  2. Waalaikumsalam warohamtullahi wabarokatuh...

    Review yang menarik. Diakui di negara kita atau bahkan di provinsi kita masih banyak para pelaku yang berkecimpung di dunia pendidikan masih berlandaskan paradigma lama (konvensional), namun seiring dengan perkembangan waktu dogma lama tersebut juga akan perlahan bergeser. Yang perlu kita lakukan adalah tetap semangat dan berpikir positif, go action sebisa mungkin yang kita lakukan guna memajukan pendidikan kita atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Mungkin melalui cara-cara yang sederhana namun sarat makna.
    Saya rasa melalui pertemuan-pertemuan, pelatihan, orientasi atau diklat bagi para pendidik yang dilakukan secara rutin atau berkala oleh Pemerintah akan sedikit mendobrak paradigma konvensional tersebut sehingga mau tidak mau, suka atau tidak suka, paradigma lama tersebut akan bergeser.
    Sebenarnya secara sadar ataupun tidak sadar kita semua (masyarakat dan orang tua) sudah berperan dan ikut andil dalam pembelajaran abad 21. Karena banyak sekali fenomena pemanfaatan multimedia yang sudah diterapkan dalam pembelajaran masa kini, dan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
    Terima kasih.

    BalasHapus
  3. Proses kognitif menggabungkan antara informasi yang diterima melalui indra tubuh manusia dengan informasi yang telah disimpan di ingatan jangka panjang. Kedua informasi tersebut diolah di ingatan kerja yang berfungsi sebagai tempat pemrosesan informasi. Kapabilitas pengolahan ini dibatasi oleh kapasitas ingatan kerja dan faktor waktu. Proses selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan yang telah dipilih. Tindakan dilakukan mencakup proses kognitif dan proses fisik dengan anggota tubuh manusia (jari, tangan, kaki, dan suara). Tindakan dapat juga berupa tindakan pasif, yaitu melanjutkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya.
    Pembelajaran menggunakan multimedia merupakan pembelajaran menggunakan media langsung yang sudah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dilihat tanpa harus ke tempat kejadian. Informasi materi pembelajaran juga lebih mudah ditangkap oleh kognisi siswa lewat multimedia dan siswa lebih tartarik untuk mengikuti proses pembelajaran dan proses penyimpanan di memori otak bisa tersimpan lebih lama karena proses pembelajaran langsung dialami oleh siswa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum warohamtullahi wabarokatuh...
      Sebelumnya terima kasih atas perkenannya untuk ikut serta mereview tentang teori kongitif multimedia pembelajaran.
      Saya sependapat dengan apa yang Saudari Kak Nurhasanah sampaikan, untuk itu dalam teori belajar multimedia kita mengenal terminologi "dual channel" yaitu verbal dan visual yang akan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan mono channel.
      Adapun ilustrasi lamanya pesan dapat diingat sebagai berikut:
      Komunikasi 3 Jam 3 Hari
      Verbal 70% 10%
      Visual 72% 20%
      Verbal + Visual 85% 65%
      Untuk itu dapat disimpulkan bahwa pesan dan kesan yang diberikan melalui media ataupun multimedia sangat berpengaruh terhadap daya ingat.

      Demikian tambahan atas review yang diberikan. Semoga bermanfaat.
      Terima kasih.

      Hapus
  4. Asumsi active processing menyatakan bahwa belajar aktif melibatkan memilih, mengorganisir, dan mengintegrasikan materi yang relevan dengan pengetahuan yang ada. Suatu materi dipilih untuk suatu tipe kelas tertentu dan pertanyaan yang dilemparkan ke siswa yang cerdas dan biasa saja dibedakan. Begitu juga penjelasan individual yang diberikan. Contohnya pada materi segi empat mengenai penurunan rumus luas persegi panjang terhadap beberapa rumus luas segi empat lainnya, media pembelajaran yang digunakan adalah ppt, siswa aktif mengikuti setiap tahapan penurunan rumus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh ...
      Terima kasih atas tanggapan Saudari yang memberikan contoh otentik mengenai multimedia pembelajaran yang sangat membantu pebelajar dalam memahami konten materi.

      3. Asumsi pemprosesan aktif, yang menyatakan bahwa manusia secara aktif melakukan pemprosesan kognitif untuk mengkonstruksi gambaran mental dari pengalaman-pengalamannya. Manusia tidak seperti taperecorder yang secara pasif merekam informasi melainkan secara terus-menerus memilih, menata, dan mengintegrasikan informasi dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hasilnya adalah terciptanya model mental dari informasi yang tersajikan. Ada tiga proses utama untuk pembelajaran secara aktif ini, yakni: pemilihan bahan atau materi yang relevan, penataan materi-materi terpilih, dan pengintegrasian materi-materi tersebut ke dalam struktur pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Proses ini terjadi di dalam memori kerja yang terbatas kapasitasnya.

      Demikian tambahan penjelasannya dan terima kasih

      Hapus
  5. Bàgaimana langkah strategis yang dilakukan untuk efisiensi waktu untuk memaksimalkan hasil pembelajaran bila kita gunaka teori kognitif pembelajaran. Terima kasih mba

    BalasHapus
  6. Terima kasih atas pertanyaan yang Saudari tuliskan pada kolom di atas yang mempertanyakan langkah strategis yang dilakukan untuk efisiensi waktu untuk memaksimalkan hasil pembelajaran apabila kita menggunakan teori kognitif pembelajaran.

    Secara umum, teori kognitif mencoba untuk mengatasi masalah bagaimana menyusun praktik pembelajaran multimedia dan menggunakan strategi kognitif yang lebih efektif untuk membantu orang belajar secara efisien. Cara menyusun praktik pembelajaran multimedia dan menggunakan strategi kognitif yang lebih efektif untuk membantu orang belajar secara efisien adalah dengan memperhatikan prinsip-prinsip multimedia saat merancang multimedia pembelajaran. Apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para widyaiswara/ fasilitator dan peserta. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar peserta dapat ditingkatkan dan proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, serta sikap belajar peserta dapat ditingkatkan.

    Demikian yang penjelasan yang dapat diberikan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama